Jumat, 08 Juni 2012

Jangan Ingin Masuk Surga Sendirian!!


Kalau dilihat kondisi keberagamaan dewasa ini cukup menggembirakan. Majelis-majelis taklim menjamur di setiap daerahnya dengan jemaah pengajian yang membludak. Sebagian jemaah rela menempuh perjalanan puluhan bahkan ratusan kilometer untuk mendatangi pengajian. Hal lain yang juga cukup menggembirakan adalah menjamurnya layanan jasa tour dan travel yang melayani ummat muslim untuk melaksanakan haji plus dan ibadah umrah. Selain dapat meningkatkan geliat roda perekonomian, hal ini juga menunjukkan masih tingginya nilai religi yang dipegang oleh masyarakat kita. Daripada rezki yang diberikan Allah digunakan untuk pesiar ke Bali atau ke Singapura misalnya, mereka lebih memilih untuk menggunakannya sebagai ibadah sekaligus wisata. Dari sinilah muncul istilah wisata religi.
Tapi apakah kualitas keberagamaan kita sudah menjamah ranah sosial? Ataukah hanya sebatas rutinitas ibadah yang bersifat individualistis antara hamba dengan Sang Pencipta? Padahal dalam Islam secara tegas menjelaskan bahwa kualitas ibadah secara sosial jauh lebih tinggi dibandingkan ibadah individu. Misalnya saja shalat yang dilakukan secara berjamaah 27 kali lebih baik dari shalat yang dilakukan sendirian.
‘Jangan ingin masuk surga sendirian’ Islam mengajarkan kepada kita untuk ‘amar ma’ruf nahi munkar’ (mengajak menuju kebaikan dan mencega perbuatan munkar) itu artinya kita dianjurkan untuk tidak enak sendirian dan membiarkan saudara kita menderita.
Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran bukan hanya dilakukan secara lisan tapi juga dengan perbuatan. Bagi sebagian kita yang diberi  amanah berupa kekuasaan/wewenang, amar ma’ruf nahi munkar dapat dilakukan melalui kekuasaan dan wewenangnya. Nah, bagi sebagian kita yang diberi Allah kelebihan rezeki berupa materi, mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dapat kita lakukan dengan harta yang kita miliki.
Ironisnya, ketika sebagian dari kita setiap tahunnya selalu berangkat umrah dengan menghabiskan biaya puluhan hingga ratusan juta rupiah. Sementara di sekeliling kita masih banyak kita dapati anak-anak kurang mampu yang memerlukan uluran tangan. Karena keterbatasan ekonomi mereka terpaksa putus sekolah dan turun ke jalan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sering kita mendengar banyak anak cerdas dari keluarga tidak mampu yang terpaksa tidak bisa kuliah karena tidak ada biaya. Mereka terpaksa bekerja sejak dini membantu orang tuanya.
Kalau anank-anak tidak mampu tadi berhenti sekolah dan mereka bekerja secara halal tentu tidak mengapa. Tapi kalau mereka melakukan tindakan kriminal yang bertentangan dengan hukum Allah dan hukum negara siapa yang patut dipersalahkan? Apakah kita yang diberi kelebihan rezeki tidak ikut andil?
Wahai saudaraku biaya umrah yang kita keluarkan untuk satu kali umrah sebenarnya mampu membiayai pendidikan seorang anak baik SMP, SMA, maupun pondok pesantren selama tiga tahun bahkan lebih dan akan menjadi amal jariah yang akan selalu mengalir meski kita telah tiada.
Lantas, manakah yang lebih baik? Umrah setiap tahun atau membiayai pendidikan anak-anak kurang mampu? Yang lebih baik adalah UMRAH TIAP TAHUN dan MEMBIAYAI PENDIDIKAN ANAK-ANAK KURANG MAMPU. :)
Wallahu a’lam.