Sabtu, 24 Januari 2015

Kenapa

Wah, mulai tajam nih. "Kok orang Indonesia banyak yang tidak pakai kerudung?" Itulah pertanyaan yang dilontarkan oleh anak saya yang duduk di kelas 1 SD. Lha, saya harus menjawab apa? Saya mau menjawab, "Kan orang Indonesia banyak yang laki-laki juga". Tapi sepertinya bukan itu jawaban yang diinginkannya. Atau saya jawab saja, "Ini masalah hidayah anakku". Tapi apakah anak yang baru berumur tujuh  kali lebaran haji mengerti soal hidayah? Kalo Hidayah teman sekelasnya mungkin dia tau.
Sepertinya pertanyaan itu lebih layak ditujukan kepada kita, para suami dan orang tua  yang membiarkan dan mengamini isteri dan anak-anak  kita melanggar aturan Allah. Bukan hanya mengamini, kita bahkan mendukung, membiayai, menyuruh, mencontohkan, dan membiasakan mereka untuk selalu hidup di luar jalur aturan agama. Lihat saja, toko-toko yang menjual fashion minim kain lebih banyak diserbu pembeli ketimbang toko yang menjual busana muslimah.
Inilah pentingnya menanamkan nilai-nilai agama sejak dini. Saya yakin pertanyaan di atas tidak akan muncul kalau konsep tentang menutup aurat bagi muslimah belum ada di kepala anak. Berapa banyak waktu dan biaya yang kita gunakan dengan sengaja untuk menanamkan nilai-nilai agama kepada anak-anak kita? Sekarang coba hitung ulang, waktu dan biaya yang telah kita keluarkan dengan tidak sengaja untuk membiasakan anak durhaka kepada Allah. Misalnya dengan membelikan pakaian terbuka aurat, atau  media (TV, Smartphone) yang bisa membahayakan anak kita kalau tidak dikontrol dengan baik. Dari sanalah mereka belajar pergaulan bebas, belajar kekerasan, belajar cara berpakaian dan lain sebagainya.
Dengan filter nilai agama saja kita dan anak-anak kita keteteran menghadapi gempuran berbagai informasi dan nilai-nilai yang masuk setiap detiknya. Apakah lagi tanpa pertahanan sedikit pun.
Memang ini bukanlah tugas yang mudah. Tapi ini adalah kewajiban kita. Ingin jadi apa anak-anak kita nanti, peran kita saat ini turut andil di dalamnya.