Selasa, 20 Oktober 2015

Inilah

Inilah negeri
Dimana kami hanya bisa menghirup separuh nafas.
Inilah negeri dimana kami tak lagi bisa membedakan sejuknya pagi, teriknya siang, dan hangatnya petang. Semua kelam abu-abu.
Kami tak lagi bisa melihat indahnya senyum, karena bibir kami telah tertutup topeng berwarna warni.
Negeri dimana kami dipaksa untuk menikmati irama nafas bayi-bayi kami yang tersengal. Kami dipaksa menatap bahu mereka turun naik karena sesaknya dada.
Kami marah! Tapi pada siapa?
Pada asap yang tanpa pamit masuk ke dalam kamar hingga rongga dada kami?
Kami ingin menjerit, tapi jeritan kami masih kalah keras dibanding suara chainsaw yang meraung-raung menumbangkan hutan-hutan kami.
Kami ingin mengadu, tapi pada siapa? Pada cukong-cukong yang serakah melahap hektar demi hektar bumi hijau kami?
Kami ingin menangis, tapi air mata ini telah kering terkuras perihnya asap.
Kami sekarang hanya bisa berharap. Berharap ada kekuatan yang mampu menghalau kabut ini.
Entah kapan..
Entah siapa..
Kandangan, 20 April 2015