Selasa, 08 Desember 2015

Pilkada

Di hari-hari menjelang kami menentukan pilihan
Senyummu begitu manis di mata
Janjimu terdengar merdu di telinga
Kau sapa kami meski sebelumnya kita tak saling kenal
Hari ini ada yang datang mengaku utusanmu
Membawakan kami oleh-oleh dan uang.
Dia bilang ini sebentuk silaturahmi dan saling membantu
Engkau membantu kami satu hari
Dan kami membantumu selama lima tahun
Tapi mengapa silaturahmi ini baru dibuat sekarang?
Bisakah kau yakinkan kami
Bahwa sikap manismu akan selalu ada
Ketika kami yang lebih banyak mengharapkan bantuanmu?
Atau jangan-jangan kami tak akan bisa lagi melihat senyum manismu karena kaca mobilmu yang tertutup rapat.
Ataukah oleh-oleh dan uang ini untuk membeli suara kami.
Karena kau tahu sebagian besar dari kami tak tahu dan sebagian lagi pura-pura tidak tahu dengan muslihatmu.
Meski kami perlu uangmu sekarang
Tapi kami lebih perlu pemimpin yang mampu menjamin agar listrik tak lagi byar pet.
Kami perlu pemimpin yang menjamin hukum tajam ke semua arah
Kami perlu pemimpin yang benar-benar melindungi kami.
(Sungai Raya, 8 Desember 2015)

Kamis, 03 Desember 2015

Aku Belajar


Aku belajar puitis
Meski tak pernah rangkai kata terdengar merdu
Aku belajar romantis
Meski setiap rayu bagai iris sembilu
Aku belajar merindu
Seperti erang pengembara yang dahaga
Aku belajar setia
Saat aku tak tahu seberapa ku setia.
Kandangan, 25 November 2015 (Dalam senyap malam)