Rabu, 11 Mei 2016

Mengurangi Dampak Buruk Gadget bagi Anak


Apakah Anda merasa khawatir ketika putra putri tercinta menghabiskan sebagian besar waktunya dengan gadget atau smartphone? Sebagai orang tua, tentu kita merasa prihatin dengan kondisi anak-anak kita dewasa ini. Kemajuan di bidang teknologi dan informasi dewasa ini tentu membawa dampak positif di berbagai aspek kehidupan. Tapi tak bisa dipungkiri dampak negatif yang tak kalah besar juga bisa mengancam siapa saja termasuk anak-anak kita.
Dampak buruk yang dapat muncul adalah menurunnya sikap interaksi sosial secara langsung antar individu. Karena sebagian besar lebih memilih untuk berkomunikasi melalaui dunia maya dan media sosial. Hal ini dapat kita lihat di tempat-tempat umum. Meski terlihat bersama, namun masing-masing sibuk dengan hape di tangan masing-masing. Dampak lain yang tak kalah buruknya adalah terbentuknya sikap dan karakter buruk seperti brutal, kasar, kejam, pemarah dan wara buruk lainnya yang diakibatkan oleh pengaruh buruk kekerasan, pornografi, dan perilaku-perilaku buruk lainnya yang setiap saat masuk dan mengendap di pikiran anak.
Langkah berikut yang dapat kita lakukan dalam usaha mengurangi dampak buruk smartphone.

1. Berikan permainan yang menuntut aktivitas fisik dan pikiran anak.

Saat anak bermain dengan hape maka aktivitas yang terjadi mungkin hanya aktivitas berfikir. Ajaklah anak secara berkala untuk melakukan permainan yang menuntut aktivitas fisiknya seperti petak umpet, lompat tali, kelereng, atau permainan-permainan lainnya seperti pergi ke taman bermain. Pada dasarnya anak menyukai berbagai bentuk permainan asal saja dikemas dengan baik dan menarik.
2. Buat kegiatan yang dapat memacu kreatifitas

Kenali hobi/kegemaran anak. Hal ini akan membantu kita mengembangkan potensi yang dimilikinya. Misalnya anak diikutkan kursus atau latihan yang berkenaan dengan hobi yang dimilikinya seperti melukis, menyanyi, teater, bersepeda, memancing, berolahraga dan kegiatan lainnya.

3. Dampingi anak mengisi waktunya di rumah.

Saat pulang kerja tubuh kita biasanya dalam kondisi kelelahan. Selama perjalanan pulang, yang terbayang adalah istirahat begitu sampai di rumah. Benar saja, saat sampai di rumah kita tak ingin ada yang mengganggu istriahat kita. Ketika anak kita merengek minta dampingi saat belajar atau bermain, kita lebih mempercayakan kepada smartphone atau televisi untuk mendampingi buah hati kita sehingga kita dapat beristirahat dengan tenang. Maka jangan sedih kalau akhirnya anak kita lebih suka berlama-lama dengan gadgetnya ketimbang bercengkrama dengan kita

4. Buat jadwal.
Agar anak tidak keterusan untuk bermain smartphone/gadget, ada baiknya kita membuat aturan berupa jadwal waktu kapan dia diperbolehkan untuk menggunakan gadget. Tetapkan juga sanksi yang akan diterimanya kalau dia melanggar jadwal yang telah disepakati. Misalnya tidak memperbolehkannya untuk menggunakan hape dalam waktu tertentu. Sebagai orang tua tentunya kita harus konsisten dengan aturan yang telah dibuat dan disepakati dengan anak.

5. Keteladanan itu penting

Jangan bermimpi anak akan terlepas dari kecanduan menggunakan smartphone kalau kita sebagai orang tua tidak bisa memberikan keteladanan yang baik. Bagaimana tidak, sejak pulang dari kerja kita sendiri terkadang tak bisa lepas dari hape. Meskipun dengan dalih penting dan pekerjaan. Anak biasanya tidak memahami apa yang menjadi alasan kita. Yang ditirunya adalah apa yang dilihatnya. Apalagi kalau yang dilihatnya orang tua menggunakan hape hanya sekedar untuk berhaha-hihi di media sosial.

Senin, 02 Mei 2016

Bahagia Ada dalam Dirimu

Guru 1 : Kamu sih enak, ngajar di kota. Siswanya dari kalangan berada. Setiap ada program sekolah selalu mendapat dukungan orang tua siswa. Kebanyakan siswanya sudah ikut les jadi meringankan kerja guru. Kalau di tempatku bertugas, sudah tempatnya jauh, medannya berat, dukungan orang tua siswa pun seadanya. Dana BOS pun sedikit karena siswanya sedikit. Segala kegiatan terbatas karena terbatasnya dana. Ah, pokoknya semua serba susah...
Guru 2: Alhamdulillah, memang benar kawan. Apa yang engkau pikirkan tentang diriku seperti itu adanya. Dan semoga aku tetap mampu menikmati setiap kelebihan yang ada dimanapun aku bertugas. Dulu aku juga pernah bertugas di desa yang cukup terpencil. Alhamdulillah di sana suasananya masih asri sekali. Semangat kekeluargaannya luar biasa kental. Jarak beberapa kilometer yang harus ditempuh dengan jalan kaki ternyata memberi kesempatan kepadaku untuk bertegur sapa lebih akrab dengan warga ketika berpapasan atau jalan bersama. Aku sering di antari buah kalau musim buah, diantari beras gunung kalau musim panen. Urusan prestasi siswa ternyata tak kalah dengan siswa di kota. Asal kita mau sedikit berkorban dan tidak menilai jerih payah kita melulu dengan uang. Dengan jumlah siswanya yang sedikit malah lebih mudah untuk memberi layanan yang maksimal kepada mereka.
Jadi dimanapun kita bertugas, yang membuat kita bahagia bukanlah lingkungan tugas kita. Tapi bagaimana sikap positif kita dalam melihat setiap keberuntungan yang kita rasakan. Jangan fokus pada kekurangan dan keluhan, maka tak akan ada yang bisa membuatmu bahagia.
(Guru 1 terdiam)