Selasa, 16 September 2014

Warung Amal


Budaya 'mewarung' merupakan salah satu tradisi yang ada hampir di seluruh kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan. Di sebagian wilayah Kabupaten Hulu Sungai, kegiatan 'mewarung' dilakukan hampir di sepanjang hari. Pagi-pagi warga minum di warung sebelum berangkat kerja. Sekitar pukul sepuluhan mereka kembali 'mewarung' di sela-sela istirahat kerja. Sore harinya warung kembali ramai pengunjung yang ingin sekadar menikmati secangkir teh/kopi ditambah pisang goreng atau wadai 'untuk' panas.
Demikian halnya dengan aktivitas warung yang ada di seberang rumah saya. Sejak pagi-pagi sekali, warung kecil ini sudah di datangi pengunjung. Yang datang bukan hanya bapak-bapak saja, tapi juga ibu-ibu dan anak-anak.

Warung ini bukanlah warung biasa. Warung ini hanya buka setiap hari Minggu. Di tempat kami warung ini dinamakan 'Warung Amal'. Warung amal adalah warung yang dikelola oleh panitia mesjid/langgar/mushalla. Hasil keuntungan bersih dari warung amal merupakan salah satu pemasukan untuk kegiatan dan kemakmuran masjid/langgar/mushalla. Selain itu, warga yang menyediakan makanan maupun kue juga terbantu dalam hal ekonomi. Pada saat warung amal buka, warga sekitar masjid/langgar/mushalla yang memiliki usaha warung akan dengan sukarela menutup warungnya.
Berbagai macam makanan dan kue lokal dapat kita jumpai di warung ini. Khusus warung amal di tempat saya, makanan dan kue yang sering dijual antara lain, nasi kuning, ketupat balamak, paisan banyiur, apam, untuk, balangan hayam, ulin-ulin, sambusak, pais buta, pais waluh, lamang, puntalan, kacang bajarang, dan berbagai jenis cemilan seperti melinjo, kerupuk dan kacang goreng.
Hal positif yang juga dapat dirasakan dari warung amal ini adalah interaksi sosial antar warga dan silaturrahmi yang terjalin dalam semangat kebersamaan untuk kemakmuran dan kegiatan mesjid/langgar/mushalla.
Nah, Anda tertarik untuk mencicipi kuliner di warung amal?