Bukan seberapa banyak kemampuan yang dikuasai. Tapi seberapa besar kemauan untuk berbuat dan bekerja.
Bukan seberapa banyak gelar yang disandang. Tapi seberapa nampak hasil karya yang telah disumbangkan untuk kebaikan.
Tentu akan lebih indah kemampuan yang bersanding dengan kemauan.
Tentu lebih anggun untaian gelar dirangkai dengan kiprah yang nyata.
Selasa, 19 Mei 2015
Berbuat
Senin, 04 Mei 2015
Terimakasih
Berat sebenarnya meninggalkan sekolah yg selama 13 tahun telah memberi warna perjalanan karierku sebagai pendidik. Mengenal orang-orang yang mampu menjadi sahabat, motivator, dan keluarga bagiku. Kebersamaan, kekeluargaan, kebersahajaan begitu kental dalam komunikasi dan interaksi yang terjadi.
Saling memberi, diskusi, senda gurau mewarnai sela-sela aktifitas sebagai pendidik.
Beruntung pernah memiliki seorang pemimpin yang mampu mengayomi dan menjadi teladan. Sikap, keramahan, disiplin, semangat, kesederhanaan menjadi rutinitas kepemimpinan yang ditunjukkan kepada kami.
Beruntung memiliki sahabat-sahabat dengan berbagai karakter positif. Ceria, kalem, penuh humor, telaten, ikhlas, cekatan, blak-blakan, apa adanya (sampai-sampai tidak tergiur untuk memiliki hp sekalipun. Kkkk..), pandai membuat masakan yang wuiiih... menggugah selera, (Hiks.. jadi kangen dengan sambal terasi, rujak, gaguduh tiwadak, tumis mandai dan garinting sapat).
Ada satu kesamaan dari berbagai karakter yang berbeda, yakni kemauan untuk menjadi lebih baik. Walaupun harus bolak-balik nanya ketika ingin membuat presentasi, ketika ingin membuat akun facebook, bahkan bareng-bareng ngisi angket PADAMU, sampai-sampai operator sekolah Muhammad Midi harus keliling dari meja ke meja untuk melayani setiap pertanyaan.
Beruntung memiliki siswa-siswi yang unik. Yang menjadi ladang amal, pemantik kreatifitas, penguji kesabaran, pelepas kepenatan, dan pemacu semangat.
Siswa-siswa yang memiliki semangat luar biasa untuk menjadi pemenang. Meski dengan berbagai keterbatasan. Sekolah pinggiran kota, latar belakang sosial ekonomi, dan keterbatasan sarana. Ternyata tidak menyurutkan semangat mereka. Bahkan sayalah yang harus angkat tangan ketika mereka memintaku untuk memberi les yang terakhir di hari terakhir.
Terimakasih untuk semuanya yang telah banyak memberi untukku. Tak sebanding rasanya apa yang telah kuterima dengan apa yang dapat kupersembahkan.
Akhirnya, setiap kita harus memilih ketika diberi beberapa pilihan. Dan pilihan inilah yang harus kuambil dengan segala konsekuensinya.
(Coretan ini pun ternyata dipantik oleh komentar sahabat saya di sebuah statusku)