Jumat, 12 November 2010

Internet Membuatku Takut


Pernah dalam suatu obrolan di facebook. Pada saat itu aku menggunakan aplikasi chatting ebuddy lewat hape. Teman ngobrolku bilang, “Ngapain chatting pake hape, lebih asik pake laptop. Bisa pake aplikasi *******”. “Apa itu *******?” Cecarku. “Naah, kada tahu sidin sakalinya” ( Waah, ternyata belum tau dia) “Coba kamu googling aja. Kemudian download aplikasinya” lanjut kawan tersebut. Karena didorong rasa penasaran dan keingintahuanku, berselancarlah aku di google dengan kata kunci *******. Ternyata aplikasi yang dimaksudkan teman tadi adalah sebuah aplikasi video chatting yang memungkinkan kita untuk melakukan chatting dengan langsung melihat lawan chatting kita.
Singkat cerita, dengan dibimbing oleh teman tadi langkah demi langkah. Aku digiring ke salah satu list room 18 tahun ke atas. Padahal sebenarnya list room tersebut dapat dimasuki oleh bahkan anak SD sekalipun. Aku menemukan hal yang selama ini tak pernah terbayangkan. Ada rasa terkejut dan khawatir berbaur dalam hati. Terkejut, karena internet yang selama ini kukenal untuk mencari pengetahuan dan wawasan di sisi positif. Di sisi negatif yang kuketahui tentang internet adalah sebagai ajang judi, penipuan dan pornografi (terbatas pada situs-situs porno) yang konon dicoba untuk di blokir oleh pemerintah. Ternyata dengan aplikasi tadi yang terjadi lebih dari sekedar situs porno yang menampilkan gambar dan video saja. Aplikasi ini ternyata memungkinkan penggunanya untuk melihat pornoaksi secara live.
Yang paling membuat khawatir adalah kenyataan bahwa yang menggunakan aplikasi ini sebagian besar adalah abege yang notabene adalah generasi yang akan melanjutkan estafet negeri ini. Mereka adalah adik-adik kita atau mungkin mereka adalah anak-anak kita. Bisa dibayangkan dengan pengalamanku yang sangat sedikit, ternyata bisa masuk dalam kondisi yang demikian. Bagaimana dengan anak-anak kita yang sudah mengenal dunia internet sejak dini? Saya tidak bisa membayangkan !
Situasi ini juga diperparah dengan kondisi kita sebagai orang tua yang sangat minim pengetahuan tentang dunia internet. Padahal segala fasilitas yang digunakan anak untuk mengakses internet mulai dari laptop, modem, dan pulsa semuanya berasal dari kantong orang tua. Tidakkah kita merasa sedih kalau mengetahui bahwa semua yang kita sediakan dengan maksud kebaikan anak dipergunakan untuk hal yang sama sekali tidak kita inginkan.
Sebagian kita menyadari hal ini. Tapi sampai sekarang tak ada yang berani menjamin bahwa anak-anak kita akan terbebas dari pengaruh buruk internet. Ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi internet sudah menjadi salah satu kebutuhan di era informasi seperti ini. Tapi di sisi lain kita belum menemukan solusi yang terbukti jitu untuk memfilter pengaruh buruk tersebut bagi kita dan generasi muda kita.
Amuntai, Jum’at 5 Zulhijjah 1431H/12 Nopember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar