Hari ini aku tidur lebih awal karena
kondisi tubuh kurang sehat dan pengaruh obat yang aku minum. Karena tidur lebih
awal akhirnya aku bisa bangun lebih awal satu jam dari biasanya. Selama bulan
Ramadhan ini biasanya aku tidur paling cepat pukul sebelas malam dan bangun
pukul empat subuh untuk bersahur. Itupun dibangunkan oleh istriku.
Karena bangun lebih awal, akhirnya aku
melihat sendiri betapa beratnya aktivitas seorang istri atau ibu dalam
menyiapkan hidangan untuk bersahur suami dan anak-anaknya. Disaat suami dan
anak-anaknya tertidur dengan begitu nikmatnya, dia berjuang untuk melawan rasa
kantuknya dalam kondisi tubuh yang sudah kelelahan akibat perkerjaan yang harus
diselesaikannya dihari sebelumnya.
Pantas saja kalau surga dapat dimasuki oleh wanita dari pintu manapun
hanya dengan empat tiket. Seperti yang disabdakan Rasulullah SAW:
“Apabila
seorang wanita shalat lima waktu, puasa sebulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya
dan taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya: Masuklah engkau ke dalam
surga dari pintu mana saja yang engkau sukai.” (HR. Ahmad 1/191,
dishahihkan Asy-Syaikh Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami’ no. 660,
661)
Betapa tingginya kedudukan seorang wanita
di hadapan Allah kalau dia mampu menjadi seorang wanita shalihah. Tidaklah
berlebihan pula kalau Rasulullah menyatakan ‘surga ada di bawah telapak kaki
ibu’.
Lihatlah betapa berat pekerjaan yang
harus dilakukan oleh seorang istri/ibu kebanyakan khususnya di Indonesia. Sejak
bangun pagi mereka sudah bekerja untuk menyiapkan sarapan keluarga,
membangunkan suami dan anak-anak. Ketika suami berangkat kerja dan anak-anak
berangkat sekolah, setumpuk pekerjaan rumah sudah menunggu. Dari membenahi
kondisi rumah, dilanjutkan mencuci pakaian. Siangnya disambung lagi dengan
menyiapkan makan siang. Aktivitas akan terus berlanjut sampa waktu menjelang
tidur.
Demikianlah pekerjaan yang harus
dilakukan oleh kebanyakan wanita di Indonesia. Apalagi ditambah dengan beban
karir yang dijalani oleh seorang wanita. Maka akan semakin menambah beban yang
harus dipikulnya dalam kesehariannya.
Jadi, sebagai seorang suami atau ayah,
apakah kita sudah melakukan kewajiban kita dengan baik? Semoga Ramadhan tahun
ini menambah rasa tanggung jawabku sebagai seorang suami dan ayah yang baik
bagi istri dan anak-anakku. Seperti yang telah diberikan oleh istriku untukku
dan anak-anakku. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar