Senin, 02 Juni 2014

Pembelajaran Soal Cerita Penjumlahan Bilangan di Kelas I SD


Pada sebuah kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG), saya meminta rekan-rekan guru menuliskan kendala-kendala yang mereka hadapi dalam pembelajaran matematika. Dari sekian banyak permasalahan yang dtuliskan, ternyata soal cerita menempati urutan teratas kesulitan yang dihadapi guru dan siswa. Akhirnya dilakukan diskusi untuk mencari penyebab permasalahan tersebut. Ternyata kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal cerita tersebut bukan hanya berasal dari siswa sendiri tapi juga dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukan. Fakta menunjukkan bahwa sebagian guru mengalami kesulitan dalam menyajikan soal cerita dan lebih memilih melewati materi ini. Inilah juga yang menjadi akar masalah utama kenapa akhirnya siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita.
Lantas bagaimana caranya agar pembelajaran soal cerita dapat dimengerti sswa dengan mudah? Kali ini saya ingin berbagi langkah-langkah dalam menyajikan soal cerita matematika di sekolah dasar.
Teori belajar yang dikemukakan Bruner, bahwa pembelajaran matematika sebaiknya dilakukan dalam tiga tahapan yakni: (1) konkrit/enactive, (2) semi konkrit/econic, dan (3) abstrak/symbolic. Dalam langkah-langkah pembelajaran berikut akan dicontohkan pembelajaran soal cerita matematika kelas I dengan materi penjumlahan bilangan bulat.
Mengacu pada teori Bruner di atas, maka pembelajaran akan dilakukan melalui tahapan konkrit, semi konkrit, dan abstrak. Hal yang perlu dipersiapkan guru sebelum pelaksanaan pembelajaran adalah menyiapkan perangkat pembelajaran berupa RPP, media, LKS serta kata-kata kunci yang berkaitan dengan operasi hitung matematika dalam hal ini penjumlahan seperti:
- digabung         - diberi
- membeli lagi    - meminta lagi
- memetik lagi    - dan lain-lain

1. Kegiatan Konkrit
Pembelajaran yang bersifat konkrit ini dilakukan melalui kegiatan bermain peran dengan menggunakan alat peraga atau media konkrit berupa benda sebenarnya seperti permen, kelereng, kue, dan lain-lain. Peran guru dalam kegiatan ini adalah memandu peragaan bermain peran dan menerjemahkan arti soal cerita ke dalam bentuk bahasa matematika.
Dari pengalaman bermain peran inilah diharapkan siswa mulai terbiasa dengan kata-kata kunci yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa matematika.

2. Kegiatan Semi Konkrit
Pembelajaran pada tahap ini tidak lagi menggunakan peraga benda nyata tapi sudah diganti dengan dengan gambar. Perangkat yang diperlukan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) yang memuat gambar-gambar yang menunjukkan konsep penjumlahan bilangan. Melalui pengalaman mengerjakan LKS inilah ditambah pengalaman bermain peran sebelumnya, diharapkan siswa dapat mencapai kesimpulan sendiri  meskipun belum mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain.


3. Kegiatan Abstrak
Soal-soal yang disajikan pada kegiatan abstrak ini sepenuhnya sudah menggunakan lambang yakni dalam bentuk kata-kata dan angka saja. Siswa diberi tugas untuk mengerjakan Lembar Tugas Siswa (LTS) yang sudah tidak mengandung unsur penanaman konsep.

Untuk lebih jelas dan lengkapnya (Gambar dan LKS) , Anda dapat mendownload file pdfnya DI SINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar