Dengar Nak, Ayah mengatakan ini disaat engkau terbaring
tidur. Baru ayah sadari kelembutan wajah mungilmu yang selama ini Ayah abaikan.
Beberapa saat yang lalu ayah menyelinap
masuk ke kamarmu setelah didera perasaan sesal dan bersalah kepadamu
Nak.
Banyak hal yang
tertumpuk di pikiran Ayah. Selama ini Ayah bertindak kasar padamu. Ayah sering
membentakmu ketika kamu terlambat bangun pagi. Lalu ayah akan berteriak ketika
kamu enggan disuruh mandi pagi, Ayah akan berceramah panjang lebar ketika kamu
makan pagi sedikit.
Selama makan pagi pun ayah masih menemukan kesalahan yang
kau lakukan. Banyak makanan yang berhamburan, kamu tidak suka makan sayur, dan
kamu tidak bisa merapikan alat makanmu setelah makan. Meski engkau melambaikan
tangan ketika ayah akan berangkat kerja, ayah hanya membalas dengan rasa
enggan, karena ayah kesal padamu.
Kemudian ketika ayah pulang dari kerja, ayah lihat engkau
bermain dengan menghamburkan seluruh mainanmu di lantai. Ayah marah-marah dan
menghinamu di depan teman-temanmu. Apalagi ketika mendapatkan alat-alat di meja
kerja ayah berubah tempat. Ayah habis-habisan memarahimu.
Nah, Nak, ketika beberapa menit yang lalu. Ketika ayah
berada di ruang kerja, engkau datang dengan perasaan takut di sorot matamu dan
langkah ragu-ragu. “Kau mau apa?” semprot ayah.
Engkau tidak berkata sepatahpun, kau terus berjalan
mendekati ayah dan berhambur ke dalam pelukan Ayah dan mencium ayah.
Tangan-tanganmu yang kecil semakin erat memeluk dengan hangat, kehangatan yang
telah Tuhan berikan untuk mekar di hatimu dan bahkan pengabaian sekali pun
tidak akan mampu melemahkannya. Kemudian kau melangkah pergi, bergegas menuju
kamarmu.
Setelah itu ada rasa takut yang menyakitkan menerpa Ayah.
Kebiasaan apa yang sudah Ayah lakukan selama ini? Kebiasaan dalam menemukan
kesalahan, dalam menghina, dalam menyudutkanmu. Bukan berarti ayah tidak
mencintaimu Anakku. Ayah lakukan ini karena Ayah berharap terlalu banyak dari
masa mudamu. Ayah sedang mengukurmu dengan pengukur Ayah. Padahal engkau tetaplah
seorang anak kecil, bukan orang dewasa kecil.
Sebenarnya begitu banyak hal yang baik dan benar dalam
sifatmu. Hati mungil milikmu sama hangatnya dengan sang fajar yang memayungi
bukit-bukit.
Anakku, malam ini ayah datang ke tepi pembaringanmu dalam
kegelapan, dan ayah sudah meminta maaf dengan perasaan malu. Esok engkau akan
mendapati seorang ayah sejati yang akan
selalu menjagamu, yang bersahabat denganmu. Ayah akan menggigit lidah untuk
menahan setiap kata yang akan menyakitkanmu.
Sumber: How to Win Friends
and Influence People (dengan sedikit perubahan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar