Bisakah anda merasakan bagaimana rasanya menginap di sebuah
hotel yang airnya macet pas kita perlukan, air di dalam bak mandi terlihat
endapan di dasarnya, bau apek ruangan bekas lama tidak terpakai, bau tidak
sedap dari sprei dan sarung bantal yang lama tidak diganti, lemari pakaian yang
mulai lapuk dan disarangi laba-laba, dinding kamar dan kamar mandi yang yang
warnanya kusam karena berjamur, air yang menggenang di lantai kamar mandi
akibat kemiringan yang salah ditambah layanan recepsionist dan room service
yang tidak ramah. Akhirnya klop dengan sewa kamar yang 4 kali lebih mahal dari
layanan yang saya terima sehari sebelumnya dengan layanan yang lebih baik di
hotel lain. Saya sempat berpikir, "Ini hotel atau barak pengungsian
sih?"
Tapi kenapa saya mau menginap di hotel seperti ini?
Jawabannya adalah karena tidak ada pilihan lain. Setelah berkeliling
menyambangi beberapa buah hotel yang ternyata semua kamarnya telah full terisi
tamu (Maklum malam tahun baru). Akhirnya sampai pada hotel yang saya ceritakan
di atas.
Sehari sebelumnya saya menginap di sebuah hotel di kota lain
dengan sewa kamar hanya seperempat dari hotel tadi dengan layanan yang lebih
baik.
Ada satu pelajaran menarik dari pengalaman yang saya
peroleh, bahwa layanan yang buruk dapat menyebabkan pelanggan jera seumur-umur
untuk menggunakan produk/jasa yang kita tawarkan. Apalagi ini terjadi pada
produk atau jasa yang sifatnya berkelanjutan bukan sekali pakai. Bagaimana
mungkin pengelola hotel tidak menyadari hal ini. Bahwa dengan kualitas layanan
yang minim hanya akan membuat produk atau jasa yang diberikan lambat laun akan
gulung tikar.
Jadi apapun produk
atau jasa yang akan anda jual, perhatikan kualitas layanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar