Dengan susah payah Kau rangkai bongkah demi bongkah pilar-pilar sikap. Tonggak-tonggak idealisme coba kau pancangkan di hati kami. Tiap saat kau curahkan petuah kebenaran, nasihat kejujuran dan senandung kemandirian. Agar kami menjadi jiwa yang paripurna. Sebagai bekal jika suatu saat kami menjadi kendali negeri ini.
Tapi apa daya kami, ketika di penghujung pencarian ini Kau taburi kami dengan racun. Kau robohkan tiang-tiang kejujuran kami. Kau hanguskan cahaya kebenaran kami. Kau korbankan kami demi reputasi.
Meski segelintir dari kami mencoba untuk bertahan. Dengan sisa-sisa keyakinan yang tercecer. Tapi, apakah kami kuat? Ketika sebagian dari kami yang menghirup racunmu dapat tertawa lebar? Karena merekalah yang memenangkan pertadingan ini.Yang bangga dengan deretan angka besar tapi kosong makna.
Sementara kami yang mencoba menggigit kuat prinsip nurani harus tercecer dan terpental penuh darah. Merangkak dan merayap untuk mencapai garis akhir.
Racunmu mematahkan semangat kami. Mengikis keyakinan kami, bahwa "Kerja keras adalah jembatan keberhasilan." Kau pertontonkan kepada kami bahwa keberhasilan diperoleh dengan 'Kerja kertas'
Sekarang apa yang akan kau harapkan dari kami untuk negeri ini. Sebuah generasi instan, akan kau beri beban untuk memimpin negeri sebesar ini?
Jumat, 19 April 2013
Ujian Nasional (Pupuk Kau Beri, Racun pun Kau Taburi)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar