foto: putianggraini.wordpress.com |
Aku tersungkur memeluk erat luka yang terus mengucurkan air mata. Entah hingga kapan perih ini kan terhenti. Apakah hingga setia ini pupus dimakan nestapa?
Mencoba bertahan dalam keyakinan yang mulai goyah. Tatapmu tak lagi mampu yakinkan hatiku. Karena tajamnya begitu dalam membuat gores luka.
Hidup di atas keping rasa yang berserakan. Mencengkram simpul demi simpul asa yang mulai koyak. Tertatih dalam tatapan nanar pada harapan yang kian pudar warnanya.
Tubuhku bergetar dalam diam. Hingga nafas satu demi satu melepas setiap aroma kehidupan.
(Amuntai, 23 Desember 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar