Kamis, 09 Januari 2014

Kalau Anda Profesional Mestinya Tanggung Jawab Anda Besar


sumber foto: twicsy.com
Lelaki tua itu menatap ke luar jendela. Dia menarik nafas dalam-dalam. Hujan masih saja turun sejak tengah malam sampai pagi ini. Awan hitam masih terlihat tebal pertanda hujan tak akan reda dalam waktu singkat.
Akhirnya dia beranjak dari kursi tua yang didudukinya. Diambilnya baju kaos lusuh yang tergantung di dinding. "Sebaiknya tunggu hujan reda Pak, baru pergi ke sawah" kata istrinya. "Sepertinya hujannya lama baru berhenti Bu. Saya khawatir anak padi yang baru saya semai terendam dan tenggelam. Jadi saya harus mengangkatnya ke tempat yang lebih tinggi Bu" katanya sambil melangkah keluar menerobos hujan deras.
Lelaki tua tersebut tak punya pilihan. Dia harus keluar melawan dinginnya air hujan di pagi itu. Sebab kalau dia tidak pergi ke sawah maka akibat yang akan terjadi sudah terbayang di pikirannya. Semaian padi yang sekarang sudah mulai tumbuh akan mati terendam air yang berarti dia harus kembali menyemai bibit padi untuk ditanamnya. Bisa jadi hal itu menyebabkan dia terlambat menanam padi dari petani lainnya. Dan ini bisa berakibat gagal panen.
Lalu bagaimana dengan kita yang bekerja sebagai guru? Dengan alasan hujan kita sering datang terlambat ke sekolah. Padahal imbalan yang kita dapatkan lebih besar dari hasil yang diproleh petani tua tadi.
Kita berpikir kalau kita bekerja tidak profesional toh akibatnya tidak akan langsung menimpa kita. Asal datang ke sekolah, menandatangani daftar hadir kemudian mengajar secukupnya kita tetap akan mendapat gaji seperti guru lain yang datang tepat waktu, mengajar sepenuh hati dengan segala persiapan yang matang. Atau mungkin penghasilan kita lebih besar lagi karena menyandang gelar "Guru Profesional".
Alangkah indahnya jika kita bisa memaknai tanggung jawab bekerja seperti petani tadi memaknai pekerjaannya.
Komitmen yang baik terhadap tugas hanya bisa terwujud kalau kita secara sadar mengerti tentang resiko yang kita hadapi kalau kita lalai dalam melaksanakan tugas. Menyadari bahwa resiko yang kita hadapi bukan semata-mata resiko dunia dengan berbagai sanksi yag terkadang kita bisa lepas darinya. Tapi yang lebih berat adalah pertanggungjawaban kita di akhirat kelak.
Amuntai, 9 Januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar