Sabtu, 18 Januari 2014

Pendidikan Karakter Perlu Makna!


foto: pendidikankarakter.com
Ini adalah hari ketiga seorang siswa kelas 6 tidak hadir ke sekolah karena sakit. Akhirnya kami (saya dan siswa kelas 6) sepakat untuk menengoknya sekaligus menyerahkan bantuan uang* dari sekolah  untuk siswa yang sakit lebih dari dua hari. Selain itu kami juga mengumpulkan sumbangan sukarela dari semua siswa kelas 6 dan guru kelas 6. Dana yang terkumpul dibelikan makanan sebagai buah tangan untuk siswa yang sakit.
Di penghujung jam pelajaran Penjaskes kami akhirnya meminta izin waktu kepada guru olah raga untuk menengok siswa yang sakit tadi. Kami berangkat menggunakan sepeda karena jarak rumah siswa dari sekolah kurang lebih 2 km. Sebenarnya saya juga ingin menggunakan sepeda agar ada kebersamaan dengan siswa. Tapi karena saya ke sekolah menggunakan sepeda motor dan ada dua siswa yang tidak memakai sepeda, akhirnya saya menggunakan sepeda motor dan membawa boncengan dua orang siswa. Tapi dalam perjalanan saya selalu mengawal siswa dengan menjalankan sepeda motor perlahan-lahan.
Sampai di tempat kami mohon izin kepada orang tua siswa untuk menengok anaknya yang sakit. Dia berbaring di ruang keluarga sambil menonton televisi. Saya sentuh dahinya, ternyata panasnya sudah agak turun. Yang membuat saya heran dia mengenakan seragam olah raga seperti mau ke sekolah. Dari penjelasan orang tuanya ternyata sebenarnya hari ini dia ingin berangkat ke sekolah bahkan sampai menangis, tapi belum diizinkan oleh ibunya karena kondisinya yang masih lemah.
Setelah berbincang-bincang, menyerahkan bantuan, dan memberi semangat kami pun berpamitan kembali ke sekolah.
Ada 2 hal yang ingin saya garis bawahi dari tulisan di atas. Pertama, memberikan pendidikan karakter perlu dirancang dengan kesengajaan melalui kegiatan-kegiatan yang terencana dan berkelanjutan. Akan lebih bermakna kalau pendidikan karakter yang dilakukan dengan melibatkan siswa secara langsung dengan semua panca indra plus hati yang dimilikinya. Kedua, saya patut berbahagia bahwa ternyata sekolah bukan merupakan tempat yang menakutkan bagi siswa-siswa saya. Meski dalam kondisi yang masih lemah keinginannya untuk datang ke sekolah ternyata tetap besar.  Sekolah hendaknya menjadi tempat terindah selain rumahnya sendiri. Ruang kelas yang menenangkan,  pembelajaran yang mengasyikkan, teman-teman yang menyenangkan, dan guru yang dirindukan adalah komponen penentu yang menjadikan siswa menganggap “Sekolahku adalah istanaku”
Semoga.

*Bantuan sekolah berasal dari "Infak Jum'at" yang berasal dari seluruh elemen sekolah, baik guru, siswa, orang tua siswa, bahkan tamu yang kebetulan berkunjung pada hari Jum'at.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar