foto: pendidikankarakter.com |
Ini adalah hari ketiga seorang siswa kelas 6 tidak hadir ke
sekolah karena sakit. Akhirnya kami (saya dan siswa kelas 6) sepakat untuk menengoknya
sekaligus menyerahkan bantuan uang* dari sekolah untuk siswa yang sakit lebih dari dua hari.
Selain itu kami juga mengumpulkan sumbangan sukarela dari semua siswa kelas 6
dan guru kelas 6. Dana yang terkumpul dibelikan makanan sebagai buah tangan
untuk siswa yang sakit.
Di penghujung jam pelajaran Penjaskes kami akhirnya meminta
izin waktu kepada guru olah raga untuk menengok siswa yang sakit tadi. Kami
berangkat menggunakan sepeda karena jarak rumah siswa dari sekolah kurang lebih
2 km. Sebenarnya saya juga ingin menggunakan sepeda agar ada kebersamaan dengan
siswa. Tapi karena saya ke sekolah menggunakan sepeda motor dan ada dua siswa
yang tidak memakai sepeda, akhirnya saya menggunakan sepeda motor dan membawa
boncengan dua orang siswa. Tapi dalam perjalanan saya selalu mengawal siswa
dengan menjalankan sepeda motor perlahan-lahan.
Sampai di tempat kami mohon izin kepada orang tua siswa
untuk menengok anaknya yang sakit. Dia berbaring di ruang keluarga sambil
menonton televisi. Saya sentuh dahinya, ternyata panasnya sudah agak turun.
Yang membuat saya heran dia mengenakan seragam olah raga seperti mau ke
sekolah. Dari penjelasan orang tuanya ternyata sebenarnya hari ini dia ingin
berangkat ke sekolah bahkan sampai menangis, tapi belum diizinkan oleh ibunya
karena kondisinya yang masih lemah.
Setelah berbincang-bincang, menyerahkan bantuan, dan memberi
semangat kami pun berpamitan kembali ke sekolah.
Ada 2 hal yang ingin saya garis bawahi dari tulisan di atas.
Pertama, memberikan pendidikan karakter perlu dirancang dengan kesengajaan
melalui kegiatan-kegiatan yang terencana dan berkelanjutan. Akan lebih bermakna
kalau pendidikan karakter yang dilakukan dengan melibatkan siswa secara
langsung dengan semua panca indra plus hati yang dimilikinya. Kedua, saya patut
berbahagia bahwa ternyata sekolah bukan merupakan tempat yang menakutkan bagi
siswa-siswa saya. Meski dalam kondisi yang masih lemah keinginannya untuk
datang ke sekolah ternyata tetap besar. Sekolah hendaknya menjadi tempat terindah
selain rumahnya sendiri. Ruang kelas yang menenangkan, pembelajaran yang mengasyikkan, teman-teman
yang menyenangkan, dan guru yang dirindukan adalah komponen penentu yang
menjadikan siswa menganggap “Sekolahku adalah istanaku”
Semoga.
*Bantuan sekolah berasal dari "Infak Jum'at" yang berasal dari seluruh elemen sekolah, baik guru, siswa, orang tua siswa, bahkan tamu yang kebetulan berkunjung pada hari Jum'at.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar